Mabrur Fadli73 blog
Selamat Datang di blog saya, semoga bermanfaat, Terimkasih............!!!!!!!!!!!!
Sondag 12 Mei 2013
Geger, Muncul Suku Baru di Purbalingga
Dalam beberapa hari terakhir masyarakat Desa Ponjen dan masyarakat Kecamatan Karanganyar sekitarnya digemparkan dengan isu adanya suku baru asli Purbalingga.
Suku asing tersebut diketahui menempati hutan di Desa Ponjen. Tepatnya, jalan Desa ponjen yang akan dibuka ke arah Desa Karangjambu Kecamatan Karang Jambu. Pasalnya beberapa masyarakat sempat menjumpai sejumlah orang asing di wilayah tersebut dan tidak mengenakan pakaian.
Dari informasi (Grup JPNN) yang dihimpun Radarmas di lapangan, orang asing yang dianggap suku terasing tersebut beberapa kali muncul. Namun saat warga hendak menyapa dan menanyakan identitas orang yang tidak mengenakan pakaian tersebut langsung lari dan masuk ke dalam hutan.
Kejadian ini kemudian menyebar bukan hanya di Desa Ponjen saja namun sudah merambah ke desa lain yang ada di wilayah Kecamatan karanganyar dan sekitarnya.
Warga Desa Maribaya Ahmad Syarif mengatakan, beberapa hari ini dirinya memang mendengar prihal penemuan suku baru di Desa Ponjen. Menurut informasi dari masyarakat, orang tersebut tidak memakai pakaian sama sekali.
"Saat mau disapa warga, katanya langsung lari dan cara larinya sangat kencang, sehingga masyarakat tidak bisa menangkapnya," tuturnya.
Ia menambahkan, selain itu orang yang dianggap suku baru ini juga sempat terlihat bukan hanya sekali. Masyarakat beberapa kali menjumpai orang yang sama di area pembukaan jalan Desa Ponjen ke arah Desa Karang Jambu yang belum selesai.
Bahkan muncul isu lain lagi seperti dituturkan Adi warga Bobotsari. Menurut Adi ada juga kabar yang mengatakan orang-orang asing tersebut beberapa kali muncul dan menghilang secara tiba-tiba. "Konon kabarnya kaya bisa terbang," ujar Adi.
Sementara itu kepala Desa Ponjen Zaenal Arifin saat dikonfirmasi Radarmas mengatakan, sepengetahuan dirinya tidak ada suku baru di jalan baru Desa Ponjen menuju Desa Karang Jambu.
Namun, dari penelusurannya memang ada sepasang suami istri yang dulunya hidup di kadus IV yang kerjanya di hutan dan buruh. "Setelah dia tidak memiliki tanah kemudian dia menetap di atas daerah pinggiran hutan," tuturnya.
Ia menambahkan, orang tersebut namanya Warsidi dan memiliki empat orang anak. Warsidi sudah menetap di hutan tersebut sudah tujuh tahun lebih bersama keluarganya. Selama menetap di pinggiran hutan memang keluarga warsidi tidak pernah turun ke desa.
Sehingga, saat masyarakat menjumpai warsidi tersebut dianggap orang asing atau suku baru penghuni hutan tersebut.
Ia menjelaskan, setelah warga tersebut diidentifikasi sebagai warga kadus IV Desa Ponjen yang bernama Warsidi. Pihak desa sudah melakukan proses pembujukan agar Warsidi mau meninggalkan hutan dan bergabung dengan masyarakat desa lainnya. Pemerintah Desa Ponjen juga sudah menawarkan tanah kas desa untuk ditempati Warsidi dan keluarganya.
"Kita sudah siapkan tanah baru untuk tempat tinggal mereka namun sampai saat ini Warsidi dan keluarganya belum mau meninggalkan hutan," imbuhnya.
http://www.jpnn.com/read/2013/05/10/171303/Geger,-Muncul-Suku-Baru-di-Purbalingga-
Woensdag 08 Mei 2013
ASESMAN KINERJA DAN ASESMEN FORTOFOLIO
1. ASESMEN KINERJA
Pengantar
Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang
bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya asesmen kinerja, observasi dan
pertanyaan, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, serta portofolio
dan jurnal. Asesmen kinerja bertujuan untuk mengases unjuk kerja siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan
siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Kumpulan ini harus melibatkan partisipasi siswa dalam
seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri.
Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan menggambarkankemajuan dan pencapaian
siswa dalam suatu bidang tertentu.
Uraian
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan
kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih
ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses,
kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui
pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa
sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai
alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat,
bukan sebelum atau setelah alat dirancang.
Asesmen ini melibatkan aktivitas
siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil
yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang
kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya
tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen
kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau
melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat
dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa.
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah.
Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh
guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan
dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada
perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan,
prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay, pertimbangan
guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu
kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari
tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen kinerja adalah kita
mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan kelak di kelas kita
sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat yang mujarab, bukan
penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum
yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan
cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan)
hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
Berdasarkan cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan
menjadi:
·
Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk
mengases kinerja siswa secar keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan
·
Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja
siswa secara berkelompok.
·
Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja
siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja
yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru
merencakan untuk mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru
merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut
siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok
siswa yang akan di ases. Siswa kelompok pertama akan diases pada kegiatan
pembuatan larutan pertama,, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan
yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan
oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat
perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
1. Fase 1 :
mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin
dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa
mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih
dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan
benda.
2. Fase 2 :
mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan
tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek
kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan
menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan
menggunakan mikroskop.
3. Fase 3 :
melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan
bagianbagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika
meninjau faktorfaktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan
mengadopsi metodametoda assesman kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama
yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman sesuai dengan sasaran prestasi
untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan
sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada
sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis
kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai; dan menetapkan
kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal
yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan
tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini
harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan
petunjukpetunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu
orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih
akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya
- tidak) atau skala rentang (sangat baik -baik - agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada.
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian
nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua
Berikut ini
adalah conoth contoh asesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop
dengan teknik
penilai daftar ceklis.
skala
No
|
Aspek penilaian
|
Skala
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Membawa mikroskop dengan benar
|
|
|
2
|
menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih
dahulu,
|
|
|
3
|
mengatur pencahayaan,
|
|
|
4
|
memasang preparat
|
|
|
5
|
memfokuskan bayangan benda
|
|
|
2. ASESMEN PORTOFOLIO
Pengantar
Salah satu prinsip penilaian adalah bersifat menyeluruh artinya
menyangkut semua aspek kepribadian siswa yakni aspek produk dan proses belajar.
Penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa dapat dijaring melalui
berbagai asesmen. Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang
menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama
oleh siswa dan guru.
Uraian
Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil seleksi
bersama antara siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi
siswa.. kumpulan karya siswa yang akan dikumpulkan sebagai dokumen portofolio
terlebih dahulu direviu oleh guru, sehingga bersama guru siswa dapat menentukan
bukti bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya Contoh pekerjaan
siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat
dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, yaitu 1) mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu
tertentu, 2) mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki, 3) membangkitkan
kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar, 4) mendorong tanggung jawab siswa
untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara lain
sebagai berikut:
1) kemajuan
belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, misalnya serangakian kumpulan jurnal
dan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan
gambaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan.
2) menekankan
pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh positif
dalam belajar. Seleksi hasil karya terbaik siswa melibatkan siswa sehingga siswa
merasa dihargai.
3) membandingkan
pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari
pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain,
4) siswa dilatih
untuk menentukan pilihan karya terbaik,
5) memberikan
kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu,
6) dapat menjadi
alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu
sendiri, orang tua dan pihak lain yang terkait.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara. Cara yang akan
dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa
dan jenis kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah model portofolio IPA SD
yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa.
1. Hasil ulangan
2. Uraian
tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana.
3. Gambar-gambar
dan laporan lisan,
4. Produk berupa
hasil pekerjaan proyek
5. Laporan
kelompok dan foto kegiatan siswa
6. Respon
terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
7. Salinan
piagam penghargaan
Selanjutnya contoh-contoh pekerjaan tersebut disimpan dalam satu tempat
khusus (file folder) untuk setiap siswa.
Ketika diperlukan, portofolio siswa dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran
siswa dalam melaporkan rekaman dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru
dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati
meruapkan syarat dilaksanakannya asesmen portofolio.
Adapun
bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut.
1. Catatan
anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian
mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar
rekaman kejadiaannya.
2. Ceklis atau
daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan
yang hendak dicapai siswa
3. Skala
penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
4. Respon-respon
siswa terhadap pertanyaan
5. Tes skrining yang berguna untuk
mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya
siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes hasil belajar, PR, LKS,
laporan kegiatan lapangan.
Jenis bukti yang dikumpulkan dalam portofolio bergantung pada tujuan
penyusunan portofolio itu sendiri. Misalnya di kelas I SD siswa belajar sains
dengan beberapa kompetensi diantaranya siswa mengenal anggota tubuh manusia
melalui pengamatan gambar, siswa mengetahuai fungsi masing-masing anggota tubuh
serta siswa mampu mengidentifikasi cara memelihara kesehatan anggota tubuh.
Untuk mengumpulkan bukti bahwa siswa telah menguasai ke tiga kompetensi
tersebut, jenis portofio yang harus dikumpulkan harus mengacu pada ketiga
kompetensi tersebut. Misalnya laporan lisan siswa tentang kebiasaanya mengosok
gigi di rumah merupakan bukti kompetensi ketiga.
Terdapat 3
langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
1. Tahap
persiapan yang meliputi:
a. Menentukan
jenis portofolio yang akan dikembangkan.
b. Menentukan
tujuan penyusunan portofolio.
c. Memilih
kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.
d. Meminta siswa
untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
e. Guru
mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria
penilaian yang menjadi patokan dlam menentukan kualitas portofolio. Rubrik
dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa.
2. Mengatur
portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus
diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan
dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir
sesuai dengan ciri khas pribadi masingmasing. Portofolio dapat disimpan di
dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap
bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
3. Pemberian nilai akhir portofolio.
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yangtelah lengkap. Asepek yang
dinilia meliputi isi portofolio, dan
kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan
guru), daftar isi serta refleksi diri.
Contoh Implementasi portofolio
Mata Pelajaran :
Sains
Kelas/Semester :
I (tiga)/gasal 2007
Sekolah : SD
Laboratorium UPI
Langkah-Langkah
Penyusunan Portofolio
a. Persiapan,
meliputi:
·
Menentukan jenis portofolio yang akan
dikembangkan yaitu portofolio individu.
·
Menentukan tujuan penyusunan portofolio yaitu
mengetahui gambaran perkembangan pemahaman siswa tentang sains, mengetahui
peningkatan aktivitas belajar siswa, serta mengetahui perkembangan kemandirian
siswa dalam tugas-tugas sains.
·
Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan
dijadikan dokumen bukti portofolio, misalnya hasil tes formatif, hasil
observasi guru tentang aktivitas belajar, hasil pengamatan guru tentang
kemandirian, hasil wawancara guru dan sebaginya.
·
Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang
akan dimasukkan dalam portofolio.
·
Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor
pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam
menentukan kualitas portofolio.
·
memutuskan bagaimana menilai portofolio yang
sudah lengkap dan terorganisasi dengan baik (nilai akhir portofolio).
b. Mengatur
Portofolio.
Siswa mengumpulkan dan mengkoleksi portofolio selama satu semester.
Tugas-tugas yang akan dijadikan bukti
dalam portofolio dimasukkan dalam file folder. Setiap bukti yang dikumpulkan
harus diberi tanggal. Selanjutnya siswa menata dan mengorganisir tugas-tugas
yang sudah terkumpul. Untuk kelas satu langkah ini dapat dibantu oleh guru.
c. Memutuskan
bagaimana portofolio tersebut dinilai. Penilaian akhir portofolio meliputi isi
yang mengacu pada rubrik yang telah dibuat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alat Peraga dan Media Pembelajaran
Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata
dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).
Alat
peraga
dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan
adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa
dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk
mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain
tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga
memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
2.
Jenis-jenis alat peraga.
Adapun
beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:
a.
Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling
dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
c.
Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana
mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang
efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat
yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram,
atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
d.
Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan
yang menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi
mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah
mengetahui jarak dari desa ke desa. (Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media
mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan
istilah singkat, alat peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah
palestina dan sebagainya.
Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat peraga gambar karena disenangi anak berbagai umur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan selain
itu untuk menarik perhatian siswa dalam melakukanya yang akan diujikan pada
siswa kelas IV SD Negeri 14 Mataram tahun ajaran 2007/2008.
3. Kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga
Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu:
Kelebihan
penggunaan alat peraga yaitu:
- Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
- Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
- Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan
- Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Adapun
tujuan dari alat peraga untuk:
1. Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas.
2. Mengembangkan sikap yang dikehendaki.
3. Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan
memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh
kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan libatkan,
sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang
dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “
mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut
merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak
melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat,
bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang
lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui
sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan
diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
Kekurangan
alat peraga yaitu:
- Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.
- Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan
- Perlu kesediaan berkorban secara materiil
Ada
beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara
lain terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi,
evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. Kelemahan lain adalah alat peraga
dipandang sebagai “alat Bantu “ semata-mata bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat
peraga tersebut diabaikan. Disamping itu terlalu menekankan pentingnya materi
ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai
alat Bantu guru dalam mengajar.
Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu.
Ruseffendi (dalam darhim,19986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang di
gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:
- Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ).
- Bentuk dan warnanya menarik.
- Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit ).
- Ukurannya sesuai (seimbang )dengan ukuran fisik anak.
- Dapat mengajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman)
- Sesuai dengan konsep pembelajaran.
- Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman )
- Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa.
- Bila kita mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan , yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain.
- Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak ).
Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat
peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru
bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat
siswa menjadi bingung.
Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima
hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi
belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga
tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit
melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak,
umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia.
Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini.
Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai
alat Bantu mengajar.
Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan instruksional.
AECT, mendefinisikan teknologi sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang mengangkut semua aspek belajar manusia.
Tekologi
instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi
orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan dan menilai, serta mengelola pemecahan terhadap masalah
tersebut dalam situasi-situasi dimana proses belajar dilakukan secara sengaja,
bertujuan dan terkontrol.
Dari defenisi tersebut ciri-ciri teknologi pembelajaran, tampak bahwa dalam memecahkan masalah belajar yang bertujuan dan terkontrol, teknologi pembelajaran menggunakan komponen sistem pembelajaran. Kegiatan insturksional yang direncanakan secara integral dan sistematis dalam suatu komponen pembelajaran merupakan ujud dari pemecahan masalah belajar menurut teknologi pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah
merupakan salah satu komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah
satu bentuk pemecahan belajar menurut teknologi penididkan, dengan melalui
suatu perancangan yang sistematis. Hubungan antara alat dan teknologi
pendidikan ini ditegaskan lagi oleh Yusuf hadi miarso, dkk bahwa membicarakan
media tentu saja tak dapat terlepas dari membicarakan. Alat Peraga
Alat
peraga pendidikan ini disusun berdasarkan prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui
panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh.
Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang
atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman /
pengetahuan melalui berbagai macam alat peraga pendidikan. Tetapi
masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu
persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam
dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam
suatu kerucut.
Dalam rangka
pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam
pembuatan alat peraga pendidikan (alat bantu pendidikan). Untuk ini
petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal
kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan
informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat peraga
pendidikan akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan
dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang
tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Untuk memudahkan penjelasan dari
sebuah teori memang akan sangat membantu jika didukun oleh alat peraga
pendidikan sesuai disiplin ilmu
MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media berasal dari bentuk jamakkata medium
yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14)
mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran
disebut juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau
media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat
merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi
rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga
memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal
ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458):
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan
media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut:
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
- Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
- Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.
- Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
Pada proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian
dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang
digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang
disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula.
Teken in op:
Plasings (Atom)