Sondag 12 Mei 2013

Geger, Muncul Suku Baru di Purbalingga


Dalam beberapa hari terakhir masyarakat Desa Ponjen dan masyarakat Kecamatan Karanganyar sekitarnya digemparkan dengan isu adanya suku baru asli Purbalingga.

Suku asing tersebut diketahui menempati hutan di Desa Ponjen. Tepatnya, jalan Desa ponjen yang akan dibuka ke arah Desa Karangjambu Kecamatan Karang Jambu. Pasalnya beberapa masyarakat sempat menjumpai sejumlah orang asing di wilayah tersebut dan tidak mengenakan pakaian.

Dari informasi (Grup JPNN) yang dihimpun Radarmas di lapangan, orang asing yang dianggap suku terasing tersebut beberapa kali muncul. Namun saat warga hendak menyapa dan menanyakan identitas orang yang tidak mengenakan pakaian tersebut langsung lari dan masuk ke dalam hutan.

Kejadian ini kemudian menyebar bukan hanya di Desa Ponjen saja namun sudah merambah ke desa lain yang ada di wilayah Kecamatan karanganyar dan sekitarnya.

Warga Desa Maribaya Ahmad Syarif mengatakan, beberapa hari ini dirinya memang mendengar prihal penemuan suku baru di Desa Ponjen. Menurut informasi dari masyarakat, orang tersebut tidak memakai pakaian sama sekali.

"Saat mau disapa warga, katanya langsung lari dan cara larinya sangat kencang, sehingga masyarakat tidak bisa menangkapnya," tuturnya.

Ia menambahkan, selain itu orang yang dianggap suku baru ini juga sempat terlihat bukan hanya sekali. Masyarakat beberapa kali menjumpai orang yang sama di area pembukaan jalan Desa Ponjen ke arah Desa Karang Jambu yang belum selesai.

Bahkan muncul isu lain lagi seperti dituturkan Adi warga Bobotsari. Menurut Adi ada juga kabar yang mengatakan orang-orang asing tersebut beberapa kali muncul dan menghilang secara tiba-tiba. "Konon kabarnya kaya bisa terbang," ujar Adi.

Sementara itu kepala Desa Ponjen Zaenal Arifin saat dikonfirmasi Radarmas mengatakan, sepengetahuan dirinya tidak ada suku baru di jalan baru Desa Ponjen menuju Desa Karang Jambu.

Namun, dari penelusurannya memang ada sepasang suami istri yang dulunya hidup di kadus IV yang kerjanya di hutan dan buruh. "Setelah dia tidak memiliki tanah kemudian dia menetap di atas daerah pinggiran hutan," tuturnya.

Ia menambahkan, orang tersebut namanya Warsidi dan memiliki empat orang anak. Warsidi sudah menetap di hutan tersebut sudah tujuh tahun lebih bersama keluarganya. Selama menetap di pinggiran hutan memang keluarga warsidi tidak pernah turun ke desa.

Sehingga, saat masyarakat menjumpai warsidi tersebut dianggap orang asing atau suku baru penghuni hutan tersebut.

Ia menjelaskan, setelah warga tersebut diidentifikasi sebagai warga kadus IV Desa Ponjen yang bernama Warsidi. Pihak desa sudah melakukan proses pembujukan agar Warsidi mau meninggalkan hutan dan bergabung dengan masyarakat desa lainnya. Pemerintah Desa Ponjen juga sudah menawarkan tanah kas desa untuk ditempati Warsidi dan keluarganya.

"Kita sudah siapkan tanah baru untuk tempat tinggal mereka namun sampai saat ini Warsidi dan keluarganya belum mau meninggalkan hutan," imbuhnya.
http://www.jpnn.com/read/2013/05/10/171303/Geger,-Muncul-Suku-Baru-di-Purbalingga-

Woensdag 08 Mei 2013

ASESMAN KINERJA DAN ASESMEN FORTOFOLIO



1. ASESMEN KINERJA
Pengantar
Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya asesmen kinerja, observasi dan pertanyaan, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, serta portofolio dan jurnal. Asesmen kinerja bertujuan untuk mengases unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus melibatkan partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan menggambarkankemajuan dan pencapaian siswa dalam suatu bidang tertentu.
Uraian
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.
 Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa.
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
Berdasarkan cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
·         Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan
·         Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.
·         Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencakan untuk mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di ases. Siswa kelompok pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama,, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
1. Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2. Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
3. Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagianbagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktorfaktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metodametoda assesman kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjukpetunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak) atau skala rentang (sangat baik -baik - agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua
Berikut ini adalah conoth contoh asesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop
dengan teknik penilai daftar ceklis.
skala
No
Aspek penilaian

Skala
Ya
Tidak

1

Membawa mikroskop dengan benar


2
menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,



3
mengatur pencahayaan,



4
memasang preparat


5
memfokuskan bayangan benda




2. ASESMEN PORTOFOLIO
Pengantar
Salah satu prinsip penilaian adalah bersifat menyeluruh artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa yakni aspek produk dan proses belajar. Penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa dapat dijaring melalui berbagai asesmen. Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan guru.
Uraian
Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil seleksi bersama antara siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi siswa.. kumpulan karya siswa yang akan dikumpulkan sebagai dokumen portofolio terlebih dahulu direviu oleh guru, sehingga bersama guru siswa dapat menentukan bukti bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan
Portofolio sebagai asesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu 1) mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu, 2) mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki, 3) membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar, 4) mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara lain sebagai berikut:
1) kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, misalnya serangakian kumpulan jurnal dan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan.
2) menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh positif dalam belajar. Seleksi hasil karya terbaik siswa melibatkan siswa sehingga siswa merasa dihargai.
3) membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain,
4) siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik,
5) memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu,
6) dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orang tua dan pihak lain yang terkait.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara. Cara yang akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah model portofolio IPA SD yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa.
1. Hasil ulangan
2. Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana.
3. Gambar-gambar dan laporan lisan,
4. Produk berupa hasil pekerjaan proyek
5. Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
6. Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
7. Salinan piagam penghargaan
Selanjutnya contoh-contoh pekerjaan tersebut disimpan dalam satu tempat khusus  (file folder) untuk setiap siswa. Ketika diperlukan, portofolio siswa dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati meruapkan syarat dilaksanakannya asesmen portofolio.
Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut.
1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiaannya.
2. Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa
3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
 5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Jenis bukti yang dikumpulkan dalam portofolio bergantung pada tujuan penyusunan portofolio itu sendiri. Misalnya di kelas I SD siswa belajar sains dengan beberapa kompetensi diantaranya siswa mengenal anggota tubuh manusia melalui pengamatan gambar, siswa mengetahuai fungsi masing-masing anggota tubuh serta siswa mampu mengidentifikasi cara memelihara kesehatan anggota tubuh. Untuk mengumpulkan bukti bahwa siswa telah menguasai ke tiga kompetensi tersebut, jenis portofio yang harus dikumpulkan harus mengacu pada ketiga kompetensi tersebut. Misalnya laporan lisan siswa tentang kebiasaanya mengosok gigi di rumah merupakan bukti kompetensi ketiga.
Terdapat 3 langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
1. Tahap persiapan yang meliputi:
a. Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan.
b. Menentukan tujuan penyusunan portofolio.
c. Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.
d. Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
e. Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dlam menentukan kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa.
2. Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti  dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masingmasing. Portofolio dapat disimpan di dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap  bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
 3. Pemberian nilai akhir portofolio.
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yangtelah lengkap. Asepek yang dinilia  meliputi isi portofolio, dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul,  nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.
Contoh Implementasi portofolio
Mata Pelajaran : Sains
Kelas/Semester : I (tiga)/gasal 2007
Sekolah : SD Laboratorium UPI
Langkah-Langkah Penyusunan Portofolio
a. Persiapan, meliputi:
·         Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan yaitu portofolio individu.
·         Menentukan tujuan penyusunan portofolio yaitu mengetahui gambaran perkembangan pemahaman siswa tentang sains, mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, serta mengetahui perkembangan kemandirian siswa dalam tugas-tugas sains.
·         Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dijadikan dokumen bukti portofolio, misalnya hasil tes formatif, hasil observasi guru tentang aktivitas belajar, hasil pengamatan guru tentang kemandirian, hasil wawancara guru dan sebaginya.
·         Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
·         Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas portofolio.
·         memutuskan bagaimana menilai portofolio yang sudah lengkap dan terorganisasi dengan baik (nilai akhir portofolio).
b. Mengatur Portofolio.
Siswa mengumpulkan dan mengkoleksi portofolio selama satu semester. Tugas-tugas  yang akan dijadikan bukti dalam portofolio dimasukkan dalam file folder. Setiap bukti yang dikumpulkan harus diberi tanggal. Selanjutnya siswa menata dan mengorganisir tugas-tugas yang sudah terkumpul. Untuk kelas satu langkah ini dapat dibantu oleh guru.
c. Memutuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai. Penilaian akhir portofolio meliputi isi yang mengacu pada rubrik yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA


Alat Peraga dan Media Pembelajaran



Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga
memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

2.    Jenis-jenis alat peraga.

Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:

a.    Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.

b.   Peta
           Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.

c.    Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.

d.    Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang menggunakan  boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa. (Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)

Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.

Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat peraga gambar karena disenangi anak berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan selain itu untuk menarik perhatian siswa dalam melakukanya yang akan diujikan pada siswa kelas IV SD Negeri 14 Mataram tahun ajaran 2007/2008.

3.    Kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga

     Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu:
Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu: 
  • Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
  • Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
  • Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan 
  • Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

Adapun tujuan dari alat peraga untuk:

1.    Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas.
2.    Mengembangkan sikap yang dikehendaki.
3.    Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.

Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu  dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui” mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
            

Kekurangan alat peraga yaitu: 
  1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.
  2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan 
  3. Perlu kesediaan berkorban secara materiil

Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara lain terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. Kelemahan lain adalah alat peraga dipandang sebagai “alat Bantu “ semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga tersebut diabaikan. Disamping itu terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai alat Bantu guru dalam mengajar.

Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu. Ruseffendi (dalam darhim,19986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang di gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:
  1. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ).
  2. Bentuk dan warnanya menarik.
  3. Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit ).
  4. Ukurannya sesuai (seimbang )dengan ukuran fisik anak.
  5. Dapat mengajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman)
  6. Sesuai dengan konsep pembelajaran.
  7. Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman )
  8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa.
  9. Bila kita mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan , yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain.
  10. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak ).

Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung.

Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat Bantu mengajar.

Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan instruksional.

AECT, mendefinisikan teknologi sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang mengangkut semua aspek belajar manusia.
Tekologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan dan menilai, serta mengelola pemecahan terhadap masalah tersebut dalam situasi-situasi dimana proses belajar dilakukan secara sengaja, bertujuan dan terkontrol.

Dari defenisi tersebut ciri-ciri teknologi pembelajaran, tampak bahwa dalam memecahkan masalah belajar yang bertujuan dan terkontrol, teknologi pembelajaran menggunakan komponen sistem pembelajaran. Kegiatan insturksional yang direncanakan secara integral dan sistematis dalam suatu komponen pembelajaran merupakan ujud dari pemecahan masalah belajar menurut teknologi pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah merupakan salah satu komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah satu bentuk pemecahan belajar menurut teknologi penididkan, dengan melalui suatu perancangan yang sistematis. Hubungan antara alat dan teknologi pendidikan ini ditegaskan lagi oleh Yusuf hadi miarso, dkk bahwa membicarakan media tentu saja tak dapat terlepas dari membicarakan.  Alat Peraga

Alat peraga pendidikan ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat peraga pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga pendidikan (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat peraga pendidikan akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Untuk memudahkan penjelasan dari sebuah teori memang akan sangat membantu jika didukun oleh alat peraga pendidikan sesuai disiplin ilmu

MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media berasal dari bentuk jamakkata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458):
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut:
  • Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
  • Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
  • Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal  melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.
  • Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
Pada proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula.